Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Siswa Kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 8 Medan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam
meningkatkan potensi belajar dan kualitas sumber daya produktif. Proses belajar
mengajar pada dasarnya merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Kelancaran proses pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan
yang terdiri dari peserta didik, tenaga pendidik, kurikulum, sarana
pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar.
Lembaga pendidikan formal merupakan subsistem pendidikan
nasional yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia
untuk modal utama bagi pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan upaya
meningkatkan kualitas pendidikan melalui pendidikan formal. Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan
untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter, terampil dan
terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Menurut undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan
(SMK) adalah mempersiapkan peserta didik terutama bekerja dibidang tertentu. Selanjutnya
secara spesifikasi tujuan SMK program tata kecantikan menurut kurikulum 2009 adalah: (1) Memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional dalam bidang tata
kecantikan. (2) Mampu memilih karir , mampu berkompetensi
dan mampu
mengembangkan diri dalam bidang tata kecantikan. (3) Menjadi tenaga tingkat
menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industry. (4) Menjadi warga
Negara yang produktif, aktif, adaptif, dan kreatif.
Siswa SMK
diberikan berbagai mata pelajaran yang digolongkan dalam tiga golongan yaitu: mata pelajaran
normative, adaptif dan produktif. Dari ketiga golongan mata pelajaran tersebut,
mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran keahlian yang berhubungan
langsung dengan pengetahuan dan keterampilan siswa.
Program Keahlian Tata Kecantikan SMK
memiliki mata pelajaran yang berperan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dibidang kecantikan seperti dasar kecantikan kulit, dasar
kecantikan rambut, pemangkasan rambut, pewarnaan rambut, pengeritingan dan
pelurusan rambut, pengelolaan usaha, penataan sanggul dan kosmetika.
Kosmetika merupakan salah satu mata pelajaran produktif pada
program kurikulum 2013 yang sudah digunakan oleh SMK Negeri 8 Medan dan
dipelajari di kelas X program keahlian tata kecantikan. Salah satu materi
kosmetika adalah mengenai kandungan kosmetika.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan digunakan
untuk melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Badan POM RI). Pada
kenyataannya masih banyak kosmetik yang
tidak layak digunakan. Berdasarkan data Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia (POM RI) pada tahun 2014 triwulan ke III dari 3.635 produk
kosmetik 1.094 (30,10 %) diantaranya tidak layak untuk digunakan. Pada tahun
2015 triwulan ke IV dari 7.156 produk kosmetik 1.560 (21,80 %) diantaranya
tidak layak digunakan dan diedarkan. Salah satu penyebab tidak layak digunakan
karena kandungan didalam kosmetik tidak diizinkan untuk digunakan namun banyak
juga masyarakat yang menggunkan kosmetik tanpa izin tersebut digunakan tanpa
mengetahui kandungan yang terdapat dalam kosmetik.
Begitu juga halnya dengan siswa, materi kandungan kosmetika dianggap sulit karena siswa susah memahami kandungan
kosmetik apa dan bagaiman yang baik digunakan sesuai dengan kondisi fisik. Hal
itu disebabkan karena banyak kandungan kosmetika yang menggunakan istilah asing
sehingga sulit mengingat nama kandungan
kosmetik tersebut. Hal ini dapat dilihat dari data nilai yang perolehan siswa tata
kecantikan kelas X Program Keahlian Tata Kecantikan kulit SMK Negeri 8 Medan.
Dari hasil observasi dengan Noveni Sari Hutapea Spd selaku
guru mata pelajaran kosmetika siswa yang hanya mampu mencapai standar KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75 pada mata pelajaran kosmetika. Nilai
siswa pada tahun ajaran 2014/2015 dari 36 siswa yang mencapai nilai standar KKM
22 (61%) siswa, sedangkan 14 (39%) siswa
yang lain belum mancapai nilai standar KKM. Nilai siswa pada tahun ajaran
2015/2016 dari 34 siswa yang mencapai nilai standar KKM 23 (68%) siswa,
sedangkan 11 (32%) siswa belum mencapai nilai standar KKM.
Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa hasil belajar
siswa kurang maksimal. Berdasarkan observasi kegiatan belajar mengajar masih
bepusat pada guru (Teacher centered)
hal itu dapat dilihat dari kurangnya sumber belajar sehinga guru hanya
menjelaskan dari media power point kemudian siswa menyalin kebuku catatan
mereka dan model yang digunakan masih bersifat konvensional. Oleh karena itu
guru dianggap membutuhkan model pembelajaran inovatif yang bisa membantu
meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran yakni yang
berpusat pada siswa (leaner centered).
Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah adalah salah satu
model pembelajaran yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran
learner centered . Menurut Dewey
(2009) yang dikutip Trianto (2011) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah. Sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang
diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karir. Model
pembelajaran berbasis masalah juga merupakan model pembelajaran yang didasarkan
pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui
hasil belajar kosmetika jika diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based
Learning. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Siswa Kelas
X Tata Kecantikan SMK Negeri 8 Medan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan, maka permasalahan yang dapat didentifikasi adalah sebagai
berikut:
1.
Hasil belajar kosmetika kelas X masih belum
optimal, dengan kriteria kelulusan minimal 75.
2.
Proses pembelajaran cenderung menggunakan metode
konvensional yang dikombinasikan dengan media power point dalam pembelajaran.
3.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru
kurang bervariasi karena proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) yang cenderung
membosankan siswa.
4.
Kurangnya interaksi antar siswa dan guru saat
proses pembelajaran
5.
Sarana yang tersedia kurang mencukupi
6.
Model yang digunakan kurang bervariasi
C. Batasan Masalah
Mengingat
banyaknya masalah dan keterbatasan
waktu, tenaga, biaya dan sarana penunjang lainnya, maka penulis membatasi
masalah sebagai berikut:
1.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X
Program Keahlian Tata Kecantikan SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.
2.
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran
kosmetika dengan materi pokok kandungan kosmetika.
3.
Dalam penelitian ini membahas model pembelajaran
Problem
Based Learning.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana hasil belajar Kosmetika dengan materi
kandungan kosmetika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based
Learning di kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 ?
2.
Bagaimana hasil belajar Kosmetika dengan materi
kandungan kosmetika siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Konvensional di kelas X Tata Kecantikan SMK
Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2016/2017 ?
3.
Apakah hasil belajar Kosmetika dengan materi
kandungan kosmetika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based
Learning lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 8
Medan Tahun Ajaran 2016/2017 ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui hasil belajar kosmetika siswa pada materi kandungan
kosmetika yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning kelas X
Tata Kecantikan SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.
2.
Untuk mengetahui hasil belajar kosmetika siswa pada materi
kandungan kosmetika yang diajar dengan model pembelajaran Konvensional kelas X
Tata Kecantikan SMK Negeri 8 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.
3.
Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar kosmetika siswa pada materi
kandungan kosmetika dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning adalah lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran Konvensional di kelas X Tata Kecantikan SMK Negeri 8 Medan Tahun
Ajaran 2016/2017.
F. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi siswa, diharapkan dapat membantu dan menambah wawasan
dalam materi kandungan kosmetika.
2.
Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pembelajaran Problem Based Learnig.
3.
Bagi peneliti, dapat menjadi masukan kepada peneliti sebagai
calon guru untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Leaning dalam pembelajaran kosmetika.
Titanium Price | ITADIC STORE TITONIA - ITADIC STORE
BalasHapusPrice:. 1 - 7. 0 titanium connecting rod - $7.00. Sale Price: 1 - 8. titanium astroneer 0- $8.00. Sale Price: 1 - 12. 0- $13.00. Sale Price: 1 - 13. 1- $13.00. Sale Price: 1 - man titanium bracelet 20. babyliss pro titanium straightener 1- $15.00. 2020 ford edge titanium for sale Sale Price: 1